Selasa, 03 September 2013

Ghofur Arghan: Rahasia Hati (Imam Al Ghazali)

Ghofur Arghan: Rahasia Hati (Imam Al Ghazali): ISTILAH hati dalam bahasa Arab disebut qalbun,yaitu anggota badan yang letaknya di sebelah kiri dada dan merupakan bagian terpenting bagi pe...

Jumat, 05 April 2013

Kehidupan Yang Baik

Aku tidak bisa ....membuktikan bahwa pandanganku tentang kehidupan yang baik adalah benar; aku hanya bisa menyatakan pandanganku itu, dan berharap sebanyak mungkin orang akan setuju. Pandanganku adalah seperti ini:

KEHIDUPAN YANG BAIK ADALAH KEHIDUPAN YANG DIILHAMI OLEH CINTA DAN DIBIMBING OLEH PENGETAHUAN.

Pengetahuan dan cinta adalah dua hal yang bisa diperluas sampai tak berhingga; jadi, bagaimanapun baiknya kehidupan, masih ada kehidupan yang lebih baik yang bisa dibayangkan. Tak ada cinta tanpa pengetahuan, dan tak ada pengetahuan tanpa cinta, yang bisa menciptakan kehidupan yang baik.

"what i believe"

Antologi filsafat
Graham Higgin

Kamis, 04 April 2013

Partai Politik

Sebuah partai politik adalah organisasi politik yang menjalani ideologi tertentu atau dibentuk dengan tujuan khusus. Definisi lainnya adalah kelompok yang
terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai
orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan
kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan
politik dan merebut kedudukan politik - (biasanya)
dengan cara konstitusionil - untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka. [1][2]

Partai politik adalah sarana politik yang
menjembatani elit-elit politik dalam upaya mencapai
kekuasaan politik dalam suatu negara yang
bercirikan mandiri dalam hal finansial, memiliki
platform atau haluan politik tersendiri, mengusung
kepentingan-kepentingan kelompok dalam urusan politik, dan turut menyumbang political development
sebagai suprastruktur politik.

Dalam rangka memahami partai politik sebagai salah satu komponen infrastruktur politik dalam negara, berikut beberapa pengertian mengenai partai politik, yakni:

1. Carl J. Friedrich:
partai Politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasan pemerintah bagi pemimpin partainya, dan berdasarkan penguasan ini
memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat ideal maupun materil.

2. R.H. Soltou:
partai Politik adalah sekelompok warga negara yang sedikit banyaknya terorganisir, yang bertindak sebagai satu kesatuan politik, yang dengan memanfaatkan kekuasan memilih, bertujuan menguasai pemerintah dan melaksanakan kebijakan umum mereka.

3. Sigmund Neumann:
partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis Politik yang berusaha untuk menguasai kekuasan
pemerintah serta merebut dukungan rakyat atas
dasar persaingan melawan golongan-golongan
lain yang tidak sepaham.

4. Miriam Budiardjo:
partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota- anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama dengan tujuan memperolehkekuasaan politik dan merebut kedudukanpolitik (biasanya), dengan cara konstitusional guna melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka.


Referensi

1. ^ Budiarjo, Miriam, "Dasar-Dasar Ilmu Politik", (Jakarta: PT. Gramedia, 1989), hal.159.

2. ^ UU No.2 tentang Partai Politik tahun 2011

Hukum adalah hukum

Sekarang hukum tetap dihormati, bukan karna adil tapi karena hukum adalah hukum.
Hukum tidak punya otoritas lain....Hukum sering kali dibuat oleh orang-orang tolol, dan bahkan lebih sering dibuat oleh orang-orang yang gagal untuk bersikap adil karena mereka membenci keadilan; tapi hukum selalu dibuat oleh manusia, para penguasa yang gagal dan tidak mampu menyelesaikan apa-apa.
"On the Experience"

Selasa, 26 Maret 2013

Dzikir

Hakikat dzikir tidak dapat meresap ke dalam hati kecuali jika hati itu telah disuburkan dengan ketakwaan dan dibersihkan dari sifat-sifat tercela. Dzikrullâh dapat menghalangi lintasan yang akan dilalui setan di dalam hati yang seperti ini. Jika tidak demikian, maka dzikir hanya merupakan bisikan jiwa
yang tidak memiliki kekuatan apa-apa di dalam hati, sehingga tidak dapat mengusir setan.


Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. (QS al-A‘râf [7]: 201)


Ayat itu dikhususkan bagi orang yang bertakwa. Perumpamaan setan adalah seperti anjing lapar yang mendekati kita. Jika kita tidak membawa sepotong daging, maka ia akan segera pergi hanya dengan sekali hardikan saja. Hanya dengan suara ia bisa terusir. Tetapi, jika kita membawa sepotong daging, maka ia akan segera menerjang daging itu dan tidak dapat diusir hanya dengan hardikan.


Begitu pula jika hati kosong dari makanan setan, maka setan dapat terusir darinya hanya dengan dzikir. Tetapi jika syahwat telah mendominasi hati, maka hakikat dzikir akan tersingkir ke pinggir hati, sehingga tidak meresap ke lubuknya, lalu setanlah yang bersemayam di lubuk hati itu.


Adapun hati orang-orang yang bertakwa yang tidak terjangkiti hawa nafsu dan sifat-sifat tercela, maka setan datang kepadanya bukan karena terdapat banyak syahwat di situ, melainkan hati itu lupa berdzikir. Apabila ia kembali berdzikir, maka setan akan kabur. Tentang hal ini Allah berfirman:


Hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. (QS an-Nahl [16]: 98)


Hadits tentang dzikir juga menjelaskan bahwa Allah- lah yang melindungi kita dari setan, namun hati harus bersih dulu dari makanan setan. Rasulullah bersabda:


Umar tidak menempuh suatu lorong kecuali setan menempuh lorong lain yang tidak dilewati Umar. (HR Bukhari dan Muslim)


Kondisi di atas terjadi karena hati Umar bin Khaththab telah tersucikan dari makanan setan. Jika kita menginginkan agar setan menyingkir dari kita hanya dengan dzikir sebagaimana setan menyingkir dari Umar, tanpa usaha untuk menutup pintu-pintu setan; maka kita seperti orang yang ingin minum obat sebelum berpantang makanan, sedangkan perutnya masih sibuk mengunyah makan keras dan makanan lainnya yang justru memperparah penyakit yang diderita. Kita ibarat pasien yang dilarang oleh dokter untuk makan makanan yang akan memperberat sakit, tapi kita melanggarnya karena mengira obat saja cukup. Padahal obat itu hanya membantu, sedangkan intinya adalah tidak makan apa pun yang merusak tubuh.


Dzikir merupakan obat, sedangkan takwa adalah berpantang, yaitu mengosongkan hati dari berbagai syahwat. Apabila dzikir turun di hati yang kosong kecuali berisi dzikir semata, maka setan akan menyingkir, sebagaimana penyakit hilang dengan turunnya obat di dalam perut yang kosong dari makanan yang dilarang.


Jika kita membantu setan secara tidak langsung dengan amal perbuatan kita, maka kita adalah kawannya sekalipun kita berdzikir dengan lisan. Jika kita berkata bahwa hadits Nabi saw. menyebutkan secara mutlak bahwa hanya dengan berdzikir dapat mengusir setan, maka kita telah keliru memahaminya.


Itulah kenapa ketika kita shalat pun, hati kita bagai diseret-seret oleh setan ke mana-mana. Setan membawa kita berkeliling ke lembah-lembah dan jurang-jurang kebinasaan dunia, bahkan perkara- perkara dunia yang telah terlupakan dapat teringat kembali dalam shalat, misalnya lupa meletakkan kunci kendaraan, pengeluaran yang tidak tercatat, kehilangan dompet dan berbagai urusan dunia lainnya. Setan berdesakan di dalam hati karena kita mengijinkannya, sebab kita telah menjadi kawannya. Tidak mengherankan jika setan tidak lari dari kita, bahkan semakin menambah rasa was-was dalam diri. Na‘ûdzubillâh.


Tugas kita sebagai seorang mukmin adalah menjaga hati. Hati ibarat penguasa dari suatu kerajaan yang akan menghalau setiap musuh yang datang menyerang kerajaan jasadnya. Adapun iman dan ilmu adalah senjata dan perisai untuk menahan dan memukul musuh dari daerah kekuasaannya. Benteng yang kokoh ibarat batu karang di tengah samudera, tahan terhadap berbagai serbuan dan dobrakan.


Bila tidak dijaga, maka hati akan mati. Adapun di antara tanda-tanda hati yang mati ialah tidak ada rasa sedih apabila telah kehilangan kesempatan untuk melakukan taat kepada Allah, tidak juga menyesal atas perbuatan (kelalaian) yang telah dilakukannya. Rasulullah saw. bersabda:


Sesungguhnya di dalam jasad ada segumpal daging, bila ia baik maka baik pula seluruh jasad, dan apabila ia rusak maka rusaklah seluruh jasad. Ketahuilah bahwa gumpalan itu adalah hati. (HR Bukhari dan Muslim)